Harimau Sumatera, Si Buas Penghuni Hutan Sumatera
Flora dan fauna khas Sumatera
tersebar luas dengan aneka karakteristiknya yang beragam dan sangat
unik. Kali ini kita akan berkenalan dengan spesies hewan buas khas
Sumatera yang memiliki banyak keunikan yang harus Anda ketahui.
Menjadi yang terkecil dalam jenisnya, bukan berarti membuat Harimau Sumatera atau Panthera tigris sumatrae
mudah untuk ditaklukkan. Hewan ini merupakan jenis yang pandai berenang
di dalam air. Hal ini turut didukung oleh selaput yang terdapat di
sela-sela jari kakinya. Bahkan, penduduk kadang menjuluki mereka dengan
istilah “kucing air”. Mereka juga mampu memanjat pohon demi mengejar
mangsanya. Tidak hanya itu, Harimau Sumatera
juga dapat menyesuaikan diri dengan segala kondisi, baik itu di dataran
rendah ataupun dataran tinggi. Harimau Sumatera termasuk dalam kategori
hewan soliter yang mengejar mangsanya pada malam hari. Sebelumnya,
target buruannya itu diintai terlebih dahulu sebelum menerkam dan
menyantapnya. Hewan seperti babi, kijang, rusa, unggas, ikan, dan orang
utan adalah sederet jenis hewan yang menjadi target buruan Harimau
Sumatera. percayakah Anda? Di samping menyantap hewan lainnya, ternyata
kawanan Harimau ini juga menggemari buah durian.
Identitas
Harimau Sumatera secara fisik dapat Anda kenali dari warna dan bentuk
tubuhnya. Selain berwarna lebih gelap dengan pola hitam yang dominan
dibandingkan harimau lainnya, Panthera tigris sumatrae memiliki
tekstur belang yang tipis. Janggutnya ditumbuhi banyak rambut. Harimau
Sumatera betina memiliki bobot sekitar 200 pound atau setara dengan 91
kg dengan panjang 78 inci atau 198 cm, sementara Harimau Sumatera jantan
lebih berat dengan bobot 300 pound atau 140kg dengan ukuran rata-rata
92 inci atau 250 cm dari kepala ke bagian kaki. Uniknya, bulu kawanan
betina akan berubah menjadi hijau gelap kala melahirkan. Keunggulan
lainnya adalah fauna buas ini mempunyai mata dan telinga yang sangat
tajam. Ini sangat berperan dalam membantu kehidupan mereka yang
berkembang di alam hutan liar.
Harimau
Sumatera tidak membutuhkan waktu khusus untuk masa reproduksi. Demi
melahirkan generasi baru, Harimau Sumatera betina memerlukan waktu
selama 103 hari dan biasanya melahirkan 2 atau 3 ekor anak. Indera
penglihatan anak harimau berfungsi pada hari ke sepuluh setelah hari
kelahirannya. Selama 8 minggu pertama harimau-harimau junior tersebut
hanya meminum air susu induknya dan baru akan mengkonsumsi makanan
padat. Menginjak usia 18 bulan, mereka sudah berani berburu tanpa
didampingi induknya. Harimau Sumatera dapat bertahan hidup dalam kurun
15 hingga 20 tahun.
Senada dengan kondisi hewan endemik pada umumnya, populasi Harimau Sumatera
kian menurun. Perburuan, pembebasan lahan hutan, dan aktivitas ekonomi
lainnya mengganggu keseimbangan habitat mereka. Penangkapan babi dan
rusa yang kerap dilakukan masyarakat juga merusak sistem rantai makanan
para hewan di dalam hutan. Apalagi, dalam satu tahun setidaknya Harimau
Sumatera membutuhkan 50 ekor babi sebagai makanannya. Berkurangnya
jumlah hewan yang menjadi target mangsanya, tentu sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup mereka. Banyaknya peminat barang-barang yang terbuat
dari kulit Harimau asli pun menjadi salah satu ancaman yang sulit
dihindari sekalipun telah diatur dalam UU pasal 21 nomor 5 tahun 1990
poin (d) yang berbunyi “setiap orang dilarang untuk memperniagakan,
menyimpan atau memiliki, kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang
dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa
tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat
lain di dalam atau di luar Indonesia”. Bagi yang melanggar hukum ini
dijatuhi sanksi pidana maksimal 5 tahun kurungan dan maksimum denda
sebesar Rp. 100 juta. Sayangnya, hingga kini ketegasan hukum yang telah
disahkan ini tetap tidak mampu menghentikan perburuan terhadap Harimau
Sumatera di Pulau Sumatera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar